Saturday 31 August 2019

Trastuzumab Emtansine, Harapan Baru Bagi Survivor Kanker Payudara

Hi ladies,

Bagi perempuan tentunya penyakit yang selalu jadi momok besar adalah Kanker Payudara dan Kanker Serviks. Konon dua penyakit ini disebut sebagai silent killer karena pertumbuhannya yang sangat cepat dan nyaris tidak bergejala di stadium awal, saat terdeteksi justru sudah masuk stadium lanjut. Sayang sekali ya kasus kanker yang diketahui di stadium lanjut ini malah mencapai 70% dari total kasus lho. Oleh karena hal inilah, jadi salah satu beban kita sebagai sesama wanita untuk bisa saling memberi edukasi satu sama lain agar meningkatkan kedasaran kita akan pentingnya menjaga pola hidup dan melakukan screening sejak dini.

Setiap kali mendapat informasi baru khususnya untuk penyakit Kanker Payudara, aku selalu senang membagikannya untuk teman-teman lainnya. Seperti salah satunya edukasi kesehatan yang aku hadiri beberapa hari yang lalu mengenai pengobatan baru Kanker Payudara. Acara yang digelar pada tanggal 28 Agustus 2019 yang lalu di Hotel Raffles Jakarta. Dan aku sudah tidak sabar membagikan berita baik mengenai inovasi pengobatan kanker payudara terbaru ini dengan kalian semua.


Kanker Payudara yang sebagian besar diderita oleh kaum wanita ini bisa disebut sebagai penyakit keluarga, karena menyerang wanita di usia produktif yang notabene masih memiliki anak kecil sehingga cukup membebani masyarakat secara ekonomi, psikologis dan psikososial. Kanker payudara menyebabkan terganggunya dinamika keluarga seperti urusan rumah tangga, pengasuhan anak hingga pendapatan keluarga. Pada tahun 2018 angka kematian perempuan karena kasus Kanker Payudara mencapai angka lebih dari 20.000 sehingga bisa digilongkan bahwa Kanker Payudara merupakan pembunuh no.2 di dunia.

Melihat fakta yang cukup mengagetkan ini, akhirnya dengan senang hati BPOM menyetujui penggunaan Trastuzumab Emtansine untuk pengobatan pasien Kanker Payudar dengan tipe HER2-positif. Di acara inipun aku baru mengetahui bahwa kanker payudara tipe HER2-positif merupakan yang paling ganas karena tergolong agresif dan cepat bermetastatik ke organ dalam tubuh lain.

Berbicara mengenai HER2-positif, sekitar 1 dari 5 perempuan yang terdiagnosis kanker payudara di seluruh dunia diketahui menderita jenis HER2-positif yang bersifat agresif ini. Karena sifatnya yang agresif maka kemungkinan penyebaran secara metastatik akan lebih cepat. Istilah metastatik ini adalah ketika kanker payudara sudah menyebar ke organ tubuh lain eperti getah bening, paru-paru, tulang belakang hingga selaput otak.
Apabila kanker sudah bermetastatik maka bisa digolongkan sebagai kanker stadium lanjut dan butuh pengobatan yang lebih intensif.


Hadir sebagai narasumber, dr. Andhika Rachman mengatakan bahwa tujuan pengobatan untuk HER2-positif stadium lanjut adalah untuk mengendalikan penyaitnya sehingga pasien dapat memiliki harapan dan kualitas hidup lebih baik.

dr. Andhika Rachman turut senang dengan hadirnya Traszumab Emtansine karena kelebihan obat ini yang mampu menargetkan rotein HER2 secara spesifik dan menghancurkan sel kanker dari dalam sel kanker itu sendiri namun mampu mengurangi kerusakan pada jaringan normal lainnya sehingga bisa mengurangi efek samping akibat komponen kemoterapinya.


Sebenarnya Traszumab Emtansine sudah ada sejak tahun 2013 digunakan oleh beberapa negara tetangga seperti Singapore salah satunya, dan sekarang Indonesia boleh berbangga hati karena penderita kanker payudara bsa mendapatkan obat ini dan melakukan perawatan di Indonesia meskipun memang harganya saat ini masih cukup mahal.

Traszumab Emtansine mampu memberikan rata-rata kesempatan hidup hingga 30,9 bulan dan menunda pemburukan penyakit hingga 9,6 bulan serta kejadian efek samping yang lebih sedikit dibandingkan pengobatan kemo kanker payudara lainnya dengan pengobatan standar seperti lapatinib dan capecitabene.



Oleh karenanya pengobatan inovasi yang akhirnya bisa dibawa oleh Roche ke Indonesia, Traszumab Emtansine, bisa membawa angin segar dan harapan baru bagi survivor kanker payudara terutama tipe HER2-positif agar bisa bertahan hidup lebih lama dan memiliki waktu yang berkualitas bersama keluarganya.

Berikut kelebihan Traszumab Emtansine dibanding obat kemoterapi kanker payudara yang sudah ada sebelumnya;



Inovasi dalam pengobatan kanker sangat penting seiring dengan peningkatan akses masyarakat terhadap novasi tersebut. Namun sayangnya untuk pengobatan dengan Traszumab Emtansine ini masih belum tercover oleh BPJS sehingga ini menjadi tantangan tersendiri mengingat penderita kanker payudara tipe HER2-positif rata-rata di usia muda sekitar 35 hingga 55 tahun.

Menurut dr.Cosphiadi Irawan apabila pasien mendapatkan akses pengobatan inovatif seperti Traszumab Emtansine melalui Jaminan Kesehatan Nasional maka pasien kanker payudara bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya. Traszumab Emtansine telah masuk dalam skema pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional di 46 negara sejak kehadirannya di tahun 2013 lalu dimana ini terbukti mampu mengurangi beban ekonomi, psikologis dan psikososial yang perlu ditanggung masyarakan dan keluarga survivor.


Kalau Trastuzumab sendiri dosisnya harus diberikan sebanyak 18 kali dimana BPJS akan menanggung 8 kali terapi awal dan pasien diharapkan bisa melanjutkan pengobatannya sendiri sengan skema yang ada. Namun untuk Traszumab Emtansine masih belum tercover, namun dengan segala kelebihan yang dimiliki oleh Traszumab Emtansine mai kita bersama-sama berdoa dan berharap bahwa inovasi baru ini bisa segera dinikmati oleh segala lapisan ekonomi masyarakat untuk pengobatan Kanker Payudara dengan lebih baik.


Bagaimana menurut kalian dengan hadirnya pengobatan terbaru untuk kanker payudara ini? Semoga kedepannya Traszumab Emtansine bisa masuk dalam sekma Jaminan Kesehatan Masyarakat di Indonesia juga yah..



No comments :

Post a Comment

Back to Top