Monday 30 September 2019

3 Spot Instagramable Yang Anti Mainstream di Sudut Utara Jakarta

Bahagianya aku sederhana, kalau punya banyak stok foto untuk diupload ke social media. Apalagi kalau fotonya anti-mainstream, serta mengandung makna sejarah yang bisa kita bagikan untuk orang lain. Oleh karena itu, aku bahagia sekali ketika bisa berkesempatan mengikuti Indonesian Social Blogpreneur Trip atau #ISBTrip minggu lalu untuk berjalan-jalan di sudut utara kota Jakarta. Awalnya agak skeptis, masa disana bisa dapet konten atau spot foto yang oke sih.. Eh, ternyata perjalanan kemarin merupakan salah satu perjalananku yang berkesan. 

Ada 3 lokasi yang kami kunjungi pada trip kemarin, dan semuanya punya latar sejarah yang semakin membuat saya bangga menjadi warga kota Jakarta. Kali ini kami berjalan-jalan bersama Mbak Ira Lthief yang merupakan seorang tour guide serta penggagas wisata kota Jakarta (@creatice_traveler). Menurut beliau, "Percuma kita bisa pergi keman saja, tapi kalau kita masih merasa asing di kota sendiri" 

Supaya tidak merasa asing sebagai warga Jakarta, yuk langsung saja kita bahas 3 spot #instagramable di sudut utara Jakarta:

1. Pelabuhan Sunda Kelapa

Pelabuhan tersibuk di abad ke-16 ini masih mempertahankan bentuk dan suasananya yang penuh makna sejarah. Saat masuk, kita disuguhi pemandangan kapal Phinisi berjajar, yang menurut wisatawan asing kapal ini bagaikan museum hidup, bagaimana tidak karena hanya di Indonesia yang masih menggunakan kapal Phinisi untuk pengiriman barang. Di negara lain kapal jenis ini hanya sebagai kapal pariwisata atau sudah masuk ke museum. 




Di Pelabuhan Sunda Kelapa ternyata spot sunset hunting terbaik lho! Sudah banyak fotografer yang datang kemari di sore hari untuk hunting foto sunset yang bagus. Sayang sekali kami datang pada pukul 8 pagi, kapan-kapan saya akan datang lagi dan hunting sunset ahh.



Pelabuhan Sunda Kelapa juga merupakan lokasi pidato Presiden Jokowi saat pertama dilantik pada tahun 2014 lalu sebagai simbol bahwa Indonesia merupakan Negara Maritim dan sebagai komitmen Pak Jokowi untuk terus memajukan Maritim Indonesia.



Berseberangan dengan lokasi jajaran kapal Phinisi yang masih aktif mengangkut barang, ada tumpukan cargo yang sangat oke untuk spot foto. 
Oh ya, jangan lupa pakai masker ya selama jalan-jalan disini karena debu nya lumayan banyak, aku udah bawa masker Nexcare dari rumah donk biar ga sesak napas.

2. Museum Bahari

Museum Bahari ini dulunya merupakan gudang penyimpanan hasil bumi dan rempah-rempah Indonesia yang diperdagangkan oleh Belanda di abad ke-17. Bangunannya khas dengan bata yang besar dan jendela yang tebal dan besar juga. Sebenarnya bangunan ini sudah mengalami beberapa kali renovasi namun tetap mempertahankan bentuk aslinya.




Di lantai 1 ada beberapa miniatur kapal Phinisi dan benda-benda yang biasa digunakan dalam kapal seperti dayung, rantai, jangkar dan lain sebagainya.
Di lantai 2 ada diorama yang berisi beberapa pedagang dan para penyebar agama dari berbagai belahan dunia yang sempat singgah dan berpengaruh di Indonesia seperti Vasco da Gama, Marcopolo, dan Laksamana Cheng Ho.
.



3. Menara Syahbandar

Menara dengan 5 lantai ini dulunya merupakan semacam mercusuar untuk membantu nahkoda kapal. Di abad ke-16 bangunan ini adalah bangunan tertinggi lho di Batavia. Disini aku tidak sempat naik ke atas, dari atas sebenarnya kita bisa melihat kota Jakarta yah walaupun sekarang banyak sekali gedung yang lebih tinggi. Hihihi..


Aku hanya berfoto di area depan Menara Syahbandar dan ternyata hasilnya oke juga. Kebetulan hari itu matahari terik sekali untungnya teman-teman siap sedia bawa Aqua, segarr..

Setelah puas berfoto-foto, kami diajak untuk ngadem sambil belajar meracik jamu di Acaraki. Lokasinya agak ke tengah sedikit menuju area lapangan Museum Fatahilah, di sekitaran Stasiun Jakarta Kota. Tak kalah dari wisata sejarah sebelumnya, di Acaraki kami belajar banyak sekali tentang jamu.

Jadi pada kerajaan Majapahit, jamu merupakan minuman khas bangsawan yang hanya bisa diminum oleh anggota kerajaan atau jamuan bagi tamu kerajaan. Jamu dalam bahasa Jawa memiliki arti Jampi Usodo yang artinya doa untuk memohon kesembuhan. 

Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, maka Kerajaan Mataram mencoba untuk membuka rahasia jamu agar rakyat juga bisa merasakan minuman yang menyehatkan ini. Akhirnya berdasarkan simbol Kerajaan Majapahit yang menyerupai 8 arah mata angin, maka diturunkan 8 resep jamu yang bisa dibuat oleh rakyat dari ribuan resep jamu yang dimiliki Kerajaan Majapahit.



"8 Jamu yang menjadi resep utama inilah yang biasanya ada dalam bakul mbok jamu keliling, coba deh perhatikan pasti botol jamu utamanya ada 8" kata Bapak Jony, pemilik Acaraki Jamu. Pak Jony juga menjelaskan asal usul nama Acaraki diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya orang yang ahli membuat jamu. Seperti layaknya barista dengan kopi maka acaraki dengan jamu.

Dipandu dengan seorang acaraki dari Acaraki Jamu, kami belajar membuat Beras Kencur. Berhubung Acaraki merupakan #JamuNewWave maka kita tidak membuat jamu dengan parutan, lumpang dan kain saringan tapi kami membuat jamu dengan peralatan press dan tubruk seperti membuat kopi.



Di akhir acara, kami bisa memilih satu menu jamu dari Acaraki untuk dicoba, aku memilih BARESKRIM (Beras Kencur dengan Es Krim) rasanya unik campuran beras kencur dengan es krim vanilla yang membuatnya jadi tambah segar dan nikmat. Apalagi diminum setelah berpanas-panasan di pelabuhan dan museum.


Sungguh acara yang singkat, menghibur, banyak pengetahuan tentang sejarah, dapat ilmu baru untuk membuat jamu sendiri dan tentunya stok foto yang melimpah. Jadi jangan bosen ya, bakal upload banyak foto seru selama ikut ISB Trip kali ini di social mediaku. Hehehe..


Sampai jumpa di trip selanjutnya..

No comments :

Post a Comment

Back to Top